Blogger templates

Kamis, 05 Mei 2016

Belajar dari Gerhana

BELAJAR DARI GERHANA






Hasil gambar untuk gerhana matahari

BISMILLAAHIIRRAHMAANIIRRAHIIM
“Maha suci tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka mau pun dari apa yang tidak mereka ketahui. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (Q.S. Yaasin 36:36-40).


Nalar Keagamaan
Bangsa Indonesia itu penduduknya beragama dan mayoritas Muslim. Dalam kartu tanda penduduk (KTP) bahkan tercantum identitas agama yang khas Indonesia dan tidak perlu mengikuti jejak negara lain atas nama demokrasi atau hak asasi manusia model apa pun. Keberagaman sama sekali tidak menandakan ketertinggalan dan aura modernisme atau kemajuan dari bangsa ini, bahkan sebaliknya harus menjadi fondasi menghadapi situasi zaman apa pun.

Ketika GMT terjadi, bukan hanya kegembiraan dan dimensi wisata yang meluas di ruang public, pun shalat gerhana di seluruh sudut negeri, baik yang mengalami GMT maupun gerhana sebagian. Agama Islam pun bukan sekedar mengajarkan spiritualitas dan moralitas, bahkan ilmu hisab sebagai penanda kemajuan dan kebudayaan iqra sehingga mampu mengetahui kapan gerhana dan banyak peristiwa astronomi lainnya bakal terjadi.

Pemandangan tersebut menunjukkan letaknya religiusitas dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang memerlukan pemeliharaan dan peneguhan. Sungguh, agama bagi bangsa Indonesia merupakan sumber nilai penting dan menyatu dalam denyut nadi kehidupannya. Baik agama dalam dimensi akidah, ibadah, akhlak, mau pun muamalah dan keilmuan, semua mengajarkan nilai-nilai utama kehidupan yang mencerdaskan, mencerahkan, dan memajukan.

Fakta sosiologis ini bagi bangsa Indonesia meniscayakan sistem hukum, politik, ekonomi, dan sosial budaya yang berkembang tidak boleh menegaskan agama dan aspirasi umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lebih-lebih agama yang ditompang pancasila sebagai filsafat dasar bangsa dan Negara yang menyatu dalam alam pikir umat beragama. Sehingga negeri ini dengan segala ruang public yang terdapat di dalamnya tidak boleh mangalami sekulerisasi dan liberalisme yang menjauh dari nilai-nilai agama dan pancasila.

Ketika masyarakat dihebohkan oleh soal lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), lokalisasi prostitusi dan hal-hal sejenis, jika dikembalikan pada nilai luhur agama dan pancasila yang melekat dalam denyut nadi bangsa, persoalan tersebut sebenarnya cukup jelas untuk diposisikan. Agama dan falsafat dasar bangsa dan



0 komentar:

Posting Komentar